MODEL DESAIN PEMBELAJARAN BELA H BANATHY
Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh
Bela H. Banathy. Model yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil
pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem,
yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang
satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya. Model pengembangan sistem pembelajaran ini berorientasi pada
tujuan pembelajaran.
Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan.
Tahapan Model Desain Pembelajaran Bela H Banathy
Langkah-langkah pengembangan sistem pembelajaran terdiri dari 6 jenis kegiatan. Model desain ini bertitik tolak dari pendekatan sistem (system approach), yang mencakup keenam komponen (langkah) yang saling berinterelasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melakukan perubahan dan perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diinginkan.
Tahapan Model Desain Pembelajaran Bela H Banathy
v Tahap 1: Merumuskan Tujuan (Formulate Objectives)
Yang kita harapkan pada tahap
pertama dapat dikerjakan oleh siswa :
1) Maksud sistem
Identifikasi masalah merupakan
proses membandingkan keadaan sekarang dengan keadaan yang seharusnya. Hasilnya
akan menunjukkan kesenjangan antara kedua keadaan tersebut. Kesenjangan ini
disebut kebutuhan (needs). Bila kesenjangan ke dua keadaan tersebut besar,
kebutuhan itu perlu diperhatikan atau di selesaikan. Kebutuhan yang besar dan
di tetapkan untuk diatasi itu di sebut masalah, sedangkan kebutuhan yang lebih
kecil mungkin untuk sementara atau seterusnya diabaikan. Ia merupakan kebutuhan
yang tidak dianggap sebagai masalah. Hasil akhir dari identifikasi masalah
adalah perumusan tujuan umum, dalam model desain pembelajaran menurut Banathy
menggunakan istilah maksud sistem.
2) Spesifikasi
tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang akan
dapat dikerjakan oleh peserta didik setelah menyelesaikan proses belajar dan
merupakan tujuan yang bermanfaat bagi peserta didik. Tujuan ini kemudian
diuraikan menjadi tujuan-tujuan khusus, yaitu tujuan yang lebih rinci dan
spesifik. Selanjutnya tujuan khusus ini disusun dalam urutan yang logis. Atas
dasar tujuan inilah isi pelajaran dipilih dan disajikan kepada peserta didik
kelak. Dalam Model Banathy menggunakan istilah spesifikasi tujuan.
3) Tes acuan
patokan
Tes acuan patokan dalam istilah
umum adalah pembuatan prototipe. Pembuatan prototipe merupakan permulaan
produksi untuk menghasilkan barang yang sesungguhnya. Di samping itu, pada
kesempatan ini pula dimulai pengembangan desain evaluasi dan permulaan reviu
teknis terhadap sistem tersebut oleh para ahli serta penyusunan tes yang akan
digunakan untuk mengukur perilaku peserta didik, baik sebelum maupun setelah
uji coba nanti.
v Tahap 2 : Mengembangkan Tes (develop test)
Tahap kedua Mengembangkan tes yang didasarkan pada tujuan yang diinginkan
dan digunakan untuk mengetahui kemampuan
yang diharapkan dapat di capai sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Dengan
mengembangkan tes pada tahap awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Siswa yang sekolah masing-masing sudah memiliki kemampuan awal yang
berbeda-beda yang di dapatkan sebelum masuk sekolah . Sehingga, salah apabila
menganggap siswa kosong dan tidak memiliki kemampuan awal sebelum peserta didik
masuk sekolah.
v Tahap 3 : Menganalisis Kegiatan Belajar (analyze learning task)
Dalam menganalisis kegiatan belajar menggunakan hasil pengembangan tes yang
dilakukan pada tahap kedua, yaitu berupa kemampuan awal siswa. Kemampuan awal
siswa di analisis atau di nilai. Dari analisis kemampuan awal siswa akan di
ketahui apa yang perlu di pelajari dan yang tidak perlu di pelajari. Kemampuan
yang sudah dimiliki oleh siswa tidak perlu di pelajari, hal yang perlu
dipelajari kemampuan yang belum dimiliki atau di kuasai oleh siswa. Sehingga
akan lebih efektif dan efisisen dalam proses pembelajaran.
Pada tahap ini
dirumuskan untuk:
1) Menentukan
tugas-tugas belajar
2) Menilai
kompetensi masukan
3) Melakukan tes
masukan
4) Mengidentifikasi
dan karakterisasi tugas-tugas belajar yang aktual.
v Tahap 4 : Mendesain sistem Instruksional (design system)
Setelah itu di pertimbangkan alternatif-alternatif dan identifikasi apa
yang harus dikerjakan untuk menjamin bahwa siswa akan menguasai
kegiatan-kegiatan yang telah di analisis pada tahap 3 (hal ini di sebut oleh
Banathy dengan istilah function analysis). Juga perlu di tentukan siapa atau
apa yang mempunyai potensi paling baik untuk mencapai fungsi-fungsi tersebut
(disebut component analysis) dan di tentukan pula kapan dan dimana
fungsi-fungsi tersebut harus dilaksanakan (disebut design of the system)
Tahap mendesain sistem intruksional merupakan penentuan metode dan media
intruksional yang sangat penting untuk memungkinkan peserta didik mencapai
tujuan intrusional, yang meliputi:
1) Analisis fungsi,
isi dan urutan
2) Analisis
komponen
3) Distribusi
fungsi antar komponen
4) Penjadwalan
Metode yang diidentifikasi dapat lebih dari satu, atau
beberapa alteratif metode, karena dalam uji coba ada kemungkinan metode yang
digunakan tidak efektif sehingga perlu diganti dengan metode lain.
v Tahap 5 : Melaksanakan Kegiatan dan
Mengetes Hasil
Dalam tahap melaksanakan dan mengetes hasil ini, sistem yang sudah di
desain sekarang dapat di ujicobakan atau di tes dan di laksanakan. Apa yang dapat
dilaksanakan atau dikerjakan siswa sebagai hasil implementasi sistem, harus di
nilai agar dapat di ketahui seberapa jauh siswa telah menunjukan tingkah laku
seperti yang dimaksudkan dalam rumusan tersebut.
v Tahap 6 : Mengadakan perbaikan
(change to improve)
Berdasakan hasil yang diperoleh dari interpretasi data hasil uji coba
revisi dilakukan dari revisi kecil sampai revisi total. Untuk mengakhiri uji
coba ulang yang kemudian akan dii mplementasikan harus di ambil suatu
keputusan.
Hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi merupakan
umpan balik (feedback) untuk keseluruhan sistem sehingga perubahan-perubahan,
jika di perlukan dapat dilakukan untuk memperbaiki sistem instruksional.
Kendatipun 6 komponen tersebut tampaknya sangat
sederhana, namun untuk mengembangkan rancangan sistem pembelajaran model ini
memerlukan kemampuan akademik yang cukup tinggi serta pengalaman yang memadai
serta wawasan yang luas. Selain dari itu, proses pengembangan suatu sistem
menuntut partisipasi pihak-pihak terkait, seperti kepala sekolah,
administrator, supervisor dan kelompok guru, sehingga rancangan kurikulum yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pendidikan di sekolah dan dapat diterapkan
dalam sistem sekolah.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN
1. Kelebihan
Model Bela H.
Banathy ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan dengan baik,
baik tujuan umum maupun tujuan khusus yang lebih spesifik, yang merupakan
sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.
b. Mengembangkan kriteria test yang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai Hal ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan
tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar,
yakni merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus
dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa
harus di analisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang
telah mereka kuasai.
d. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan
hasil evaluasi. Jadi model ini didasarkan pada hasil test peserta didik.
e. Langkah-langkahnya yang hanya sedikit sehingga
kita bisa lebih efektif untuk membuatnya.
2. Kelemahan
Ada beberapa
kelemahan yang dimiliki oleh model Perencanaan Bela H. Banathy ini antara lain:
a. Sedikit langkah sehingga dikhawatirkan akan tidak
efisien.
b. Model cenderung lebih fokus pada materi yang belum
dikuasai oleh anak didik sehingga mengabaikan materi yang sudah di pelajari
yang bisa lupa apabila tidak pernah di kaji ulang.
Komentar
Posting Komentar